BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, sebagaimana tersebut pada pasal 4 ayat 3 Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN) yaitu “Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.”[1]
Pemberdayaan dalam konteks sebagaimana di atas termasuk keterampilan peserta didik yaitu “...serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”[2]
Pengembangan keterampilan agar mahir mengambil kesimpulan adalah merupakan salah satu yang termasuk ke dalam konsep pemberdayaan ini. Dan untuk melatih keterampilan ini menurut Hamzah B. Uno, diperlukan sebuah metode pembelajaran yang baik agar tujuan pembelajaran tercapai sesuai yang diharapkan. Lebih jauh menurutnya manipulasi variabel metode pembelajaran dalam interaksinya dengan variabel kondisi pembelajaran akan menentukan kualitas pembelajaran atau lebih khusus kualitas hasil pembelajaran.[3]
Sehubungan dengan ini dalam Pendidikan Agama Islam dikenal banyak metode yang baik dan salah satunya adalah metode drill yang dapat digunakan dan diterapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran lebih khusus lagi kualitas hasill pembelajaran.[4]
Peneliti menemukan bahwa kemampuan siswa kelas X MA Maariful Ulum Banyuasin masih rendah khususnya pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits. Setelah dilakukan observasi, tidak sampai separuh siswa kelas X MA Maariful Ulum Banyuasin yang telah mampu Mengambil kesimpulan dengan baik dan benar. Peneliti berasumsi bahwa kemampuan mengambil kesimpulan pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dapat ditingkatkan. Asumsi tersebut jelas memerlukan metode yang jitu dan akurat dalam memacu siswa guna meningkatkan kemampuan proses belajar Al-Qur’an Hadits. Untuk menemukan metode pembelajaran yang efektif tersebut di atas, peneliti berupaya meneliti aplikasi metode drill khususnya pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di Kelas X MA Maariful Ulum Banyuasin.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah Penggunaan metode drill dapat meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di kelas X Madrasah Aliyah Maariful Ulum Banyuasin?”
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Maka dengan adanya permasalahan tersebut di atas secara umum peneliti bertujuan :
1. Untuk mengetahui efektifiitas metode drill dalam meningkatkan kemampuan siswa pada materi keikhlasan dalam beribadah dalam Q.S. Al-An’am Ayat 162-163” Pelajaran Al Quran Hadits di Kelas X Ma Maariful Ulum Banyuasin.
2. Untuk meningkatkan kemampuan siswa pada materi “Keikhlasan dalam beribadah dalam Q.S. Al-An’am Ayat 162-163” Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Kelas X MA Maariful Ulum Banyuasin.
Adapun secara khusus penelitian ini diharapkan berguna bagi:
a. Siswa :
a) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas X dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits
b) Lebih aktif dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits.
b. Guru :
a) Meningkatkan kemampuan guru dalam menciptakan strategi pembelajaran dan mampu mengemas dalam kegiatan yang lebih menarik dan bervariatif.
b) Meningkatkan profesionalisme guru.
c. Sekolah :
a) Membantu sekolah mengembangkan visi dan misinya.
b) Dapat meningkatkan kinerja sekolah dengan adanya peningkatan profesionalisme guru.
c) Menambah hasanah referensi karya ilmiah perpustakaan.
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang dimaksudkan di sini adalah mengkaji atau memeriksa daftar perpustakaan untuk mengetahui apakah permasalahan yang akan diteliti sudah diteliti atau dibahas oleh mahasiswa terdahulu. Setelah dilakukan pemeriksaan pada daftar perpustakaan ternyata sudah ada yang membahas hal yang senada dengan yang akan peneliti angkat, namun permasalahan berbeda yang akan peneliti teliti. Melalui pemeriksaan dari perpustakaan fakultas tarbiyah, maka peneliti akan mengkaji terlebih dahulu skripsi yang ada hubungannya dengan judul yang akan peneliti bahas yaitu :
1. Linda Kustiana Dewi dalam skripsinya pada tahun 1995 yang berjudul “Studi Perbandingan Metode Ceramah dan Demonstrasi dalam Pengajaran PAI di SMP 1 Yayasan Sultan Mahmud Badarudin II (YSMB)”, yang membahas tentang perbedaan daya serap siswa yang diajarkan dengan metode ceramah dengan sub pokok bahasan daya serap belajar siswa pada Pendidikan Agama Islan (PAI).[5]
2. Djumiati dalam skripsinya pada tahun 1999 yang berjudul “Penerapan Metode Pengajaran dalam meningkatkan Prestasi Belajar Agama Islam di SLTP Nurul Amal Palembang”, membahas penerapan metode pengajaran dalam meningkatkan prestasi belajar Agama Islam dengan sub pokok bahasan pengaruh penerapan metode pengajaran terhadap prestasi siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI).[6]
3. Siti Nurhayati dalam skripsinya pada tahun 2002 yang berjudul “Aplikasi Metode Pengajaran dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Kegiatan Belajar Al-Quran dan Hadis Bagi Siswa MTs Negeri Palembang”, membahas tentang keberhasilan kegiatan belajar mata pelajaran Al-Quran Hadis bagi siswa MTs dengan sub pokok bahasan Aplikasi Metode Pengajaran Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadis.[7]
4. Sukarman dalam skripsinya pada tahun 2008 yang berjudul “Studi Komparasi Pembelajaran Akuntansi Antara Metode Drill dengan Metode Konvensional di SMA Negeri I Karangdowo Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009”, membahas tentang penggunaan metode drill untuk mengaktifkan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung khususnya pada mata pelajaran akuntansi.[8]
A. Kerangka Teori
1. Upaya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata upaya berarti usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb).[1]
Berdasarkan makna dalam kamus Besar Bahasa Indonesia itu (KBBI), dapat disimpulkan bahwa kata upaya memiliki kesamaan arti dengan kata usaha, dan demikian pula dengan kata ikhtiar, dan upaya dilakukan dalam rangka mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya.
Adapun yang dimaksudkan upaya disini adalah upaya penulis selaku guru merangkap peneliti untuk mencoba dan mencari cara terbaik dan bermanfaat agar dapat meningkatkan kemampuan (kognitif, afektif dan psikomotor) siswa Kelas X MA Maariful Ulum Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits.
2. Meningkatkan
Kata “meningkatkan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata kerja dengan arti antara lain:
1. Menaikkan (derajat, taraf, dsb); mempertinggi; memperhebat (produksi dsb);
2. Mengangkat diri; memegahkan diri.[2]
Sedang Menurut Moeliono seperti yang dikutip Sawiwati, peningkatan adalah sebuah cara atau usaha yang dilakukan untuk mendapatkan keterampilan atau kemampuan menjadi lebih baik.[3]
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam makna kata “meningkatkan” tersirat adanya unsur proses yang bertahap, dari tahap terendah, tahap menengah dan tahap akhir atau tahap puncak.
Sedangkan “meningkatkan atau peningkatan” yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa yang mendapat nilai rendah, ditingkatkan agar hasil belajarnya lebih tinggi atau memuaskan dengan cara meningkatkan keterampilan belajarnya.
3. Kemampuan
Menurut Robbins, seperti yang dikutip Yuliani Indrawati, Kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.[4]
Menurut Gordon, seperti yang dikutip Ramayulius kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.[5]
Adapun kemampuan yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah penguasaan siswa kelas X MA Maariful Ulum Talang Keramat pada mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits, yang dijabarkan melalui Kompetensi Dasar (KD) yaitu “Mampu menjelaskan kandungan ayat dan hadits Nabi tentang keikhlasan dalam beribadah”.
4. Metode Drill
Metode drill umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari bahan yang dipelajari.[6]
Metode drill menurut Zuhairini yang dikutip oleh Armai Arief, adalah “Suatu metode dalam pengajaran dengan jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan”.[7]
Menurut Roestiyah, metode drill adalah “Suatu teknik yang dapat diartikan dengan suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan latihan-latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari”.[8]
Sedangkan menurut Zakiyah Darajat, penggunaan istilah “Latihan”, sering disamakan dengan istilah “Ulangan”, padahal maksudnya berbeda. Latihan dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya. Sedangkan ulangan adalah hanya sekedar untuk mengukur sudah sejauh mana ia menyerap pelajaran tersebut.[9]
a. Langkah-Langkah Metode Drill
Adapun langkah-langkah penggunaan metode drill adalah:
a) Drill hanyalah untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis.
b) Latihan harus memiliki arti dalam rangka yang lebih luas.
(1) Sebelum diadakan latihan, anak didik perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan itu sendiri.
(2) Siswa perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna untuk kehidupan mereka selanjutnya.
(3) Siswa harus mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar.
c) Latihan-latihan itu pertama-tama harus ditekankan pada diagnosa:
(1) Pada taraf-taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang menjurus.
(2) Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul.
(3) Respon yang benar artinya harus dikenal siswa, sedangkan respon yang salah harus diperbaiki.
(4) Siswa memerlukan waktu untuk mewarisi latihan, perkembangan arti dan kontrol.
(5) Di dalam latihan, pertama-tama ketetapan kemudian kecepatan dan pada akhirnya kedua-keduanya harus tercapai.
d) Masa latihan harus relatif singkat, tetapi harus sering dilakukan pada waktu lain.
e) Masa latihan harus menarik, gembira dan menyenangkan;
(1) Agar hasil latihan memuaskan, minat intristif diperlukan
(2) Setiap kemajuan siswa harus jelas
(3) Hasil latihan terbaik, dengan sedikit menggunakan emosi.
f) Pada waktu latihan harus mendahulukan proses yang esensial.
g) Proses latihan dan kebutuhan harus disesuaikan dengan perbedaan individu:
(1) Tingkat kecakapan yang diterima pada suatu saat tidak harus sama.
(2) Latihan secara perseorangan sangat perlu untuk menambah latihan kelompok.
b. Penilaian / Pemeriksaan
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa materi pelajaran ada dua macam: yaitu secara teori dan praktek. Sementara penilaian (pemeriksaan) kedua-duanya adalah metode drill dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Secara klasikal, yaitu murid menukar pekerjaannya dengan pekerjaan teman- temannya yang lain.
2. Secara individual, yaitu guna membuat jawaban yang benar selanjutnya anak didik mencocokkannya dengan latihannya masing-masing.
3. Anak didik mencocokkan dengan kunci jawaban yang telah tersedia terlebih dahulu.[10]
Sedangkan manfaat adanya penilaian/pemeriksaan ini dilakukan terhadap guru dan anak didik antara lain:
a) Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
b) Untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar masing-masing anak didik.
c) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Drill
a) Kelebihan
Kelebihan metode drill adalah sebagai berikut:
(1) Dalam waktu yang relatif singkat, dapat diperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan.
(2) Para murid akan memiliki pengetahuan yang siap pakai.
(3) Akan tertanam pada setiap pribadi anak kebiasan belajar secara rutin dan disiplin.
b) Kekurangan
Sedangkan kelemahan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Bisa menghambat perkembangan daya inisiatif murid
(2) Kurang memperhatikan relevansinya dengan lingkungan
(3) Membentuk pengetahuan yang verbalis dan mekanis
(4) Membentuk kebiasaan-kebiasaan yang otomatis dan kaku.
Dengan langkah-langkah di atas, latihan diharapkan dapat betul-betul bermanfaat bagi siswa untuk menguasai kecakapan tersebut serta dapat menumbuhkan pemahaman untuk melengkapi penguasaaan pelajaran yang diterima secara teori dan praktek.
1. Al-Qur’an
Menurut Ali bin Muhammad Al-Jarjani dalam At-Ta’riifaat, Al-Quran adalah Kitab yang diturunkan kepada Ar-Rasul (Muhammad saw), yang tertulis dalam mushaf-mushaf dinukil secara mutawatir tanpa keraguan.[11]
Menurut Abdul Wahhab Khallaf dalam Ushul Fiqih, Al-Qur’an adalah kalam (diktum) Allah Swt yang diturunkan oleh- Nya dengan perantaraan malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah saw., Muhammad bin Abdullah dengan lafazh bahasa Arab dan dengan makna yang benar, agar menjadi hujjah Rasul saw. Dalam pengakuannya sebagai Rasulullah.[1]
Menurut Maanna’ Khalil Qattan, Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi. Qur’an pada mulanya seperti qira’ah, yaitu masdar (infinitif) dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan[2]
Di dalam Al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata qur’an “dalam arti demikian sebagaimana tersebut dalam surah Al-Qiyamah ayat 17 dan 18 :
Artinya:
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Maka apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”. Q.S. Al-Qiyamah (75): 17-18
Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan pertama ajaran Islam menjadi petunjuk kehidupan umat manusia diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta. Al-Qur’an adalah kitab suci yang terakhir diturunkan oleh Allah SWT yang isinya mencakup segala pokok-pokok Syariat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu setiap orang yang mempercayai Al-Qur’an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk mengamalkannya dan mengajarkannya sampai merata rahmat-Nya dirasai dan dikecap oleh penghuni alam semesta. Sehubungan dengan cinta Al-Qur’an yang dimaksud di atas orang-orang yang suka membaca dalam pengertian yang sebenarnya membaca yang bukan sembarang membaca. Membaca untuk difahami, dimengerti, dan selanjutnya untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an jangan sekedar dijadikan mantra, atau hanya sebagai suatu syair yang diperlombakan. Siswa madrasah, seyogyanya merupakan sosok yang gemar membaca Al-Qur’an dalam pengertian yang sebenarnya yaitu untuk dijadikan tuntunan dan pedoman hidup
3. Al-Hadits
Al-Hadits adalah sumber kedua ajaran Islam. Menurut Ajaj al-Khatib dalam Al-Sunnah Qabla Al-Tadwin seperti dikutip Suyitno, al-hadits secara bahasa berarti al-jadidu (sesuatu yang baru) lawan dari al-qadimu yang artinya “hadits al-binai” menunjukkan kepada waktu yang dekat atau waktu yang singkat.[3]
Adapun secara istilah hadits memiliki dua pengertian yaitu hadits dalam pengertian sempit dan hadits dalam pengertian luas.
Hadits dalam pengertian sempit adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli hadits sebagai berikut:
a. Hadits ditujukan kepada: “Khabaran yang berisi ucapan, perbuatan, kelakuan, sifat atau kebenaran, yang orang katakan dari Nabi saw., maupun khabaran itu sah dari Nabi saw. atau tidak.”[4]
b. Ahmad Amin dalam Fajr Al-Islam seperti dikutip Muhammad Mustafa Azami berpendapat hadits adalah sabda, pekerjaan dan ketetapan Nabi saw.[5]
c. Menurut ahli hadis, kata hadis menunjukkan kepada makna atau sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi saw., baik berupa prilaku, perkataan, persetujuan Beliau akan tindakan sahabat, atau deskripsi tentang sifat dan karakternya.[6]
Dari defenisi tersebut, dapat dilihat adanya empat unsur dalam suatu hadits. Pertama, unsur perkataan. Kedua, unsur perbuatan. Ketiga, unsur pernyataan. Keempat, unsur sifat-sifat atau keadaan Nabi Muhammad saw.
Sedangkan hadits dalam pengertian luas adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli hadits sebagai berikut:
a. Menurut Muhammad Mahfud al-Tirmisi seperti dikutip oleh Suyitno, “Sesungguhnya hadits itu bukan hanya yang dimarfu’kan kepada Nabi saw, melainkan dapat juga disebutkan pada apa yang mauquf (dihubungkan dengan perkataan den sebagainya para sahabat), dan pada yangg maqthu’ (dihubungkan dengan perkataan dan sebagainya tabi’in)”.[7]
b. Menurut Imam Suyuti dalam tadrib al-Rawi seperti dikutip Muhammad Mustafa Azami bahwa hadits tidak hanya berarti sabda, pekerjaan dan ketetapan Nabi saw. Saja, tetapi mencakup perkataan dan ketetapan sahabat dan tabi’in.[8]
Berdasarkan dua pengertian hadits dalam pengertian luas tersebut bisa difahami bahwa jumlah hadits yang besar itu tidak selamanya berarti hadits Nabi saw. saja, tetapi juga mencakup pendapat-pendapat para sahabat dan tabi’in, dan jumlahnya banyak sekali.
1. Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Kelas X Madrasah Aliyah
a. Pengertian
Mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits merupakan unsur mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada madrasah yang memberikan pendidikan kepada peserta didik untuk memahami dan mencintai Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan
Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits bertujuan agar peserta didik gemar membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.
c. Fungsi
Mata Pelajaran Al-Qur’an dan Hadits pada Madarasah Aliyah memiliki fungsi sebagai berikut:
a). Pemahaman, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan cara membaca dan menulis Al-Qur’an serta kandungan Al-Qur’an dan Hadits.
b). Sumber Nilai, Yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
c). Sumber motivasi, yaitu memberikan dorongan untuk meningkatkan kualitas hidup bernegara, bermasyarakat dan bernegara.
d). Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik dalam meyakini kebenaran ajaran Agama Islam, melamjutkan upaya yang telah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya.
e). Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
f). Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dan lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri peserta didik dan menghambat perkembangannya menuju manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.
g). Pembiasaan, yaitu menyampaikan pengetahuan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadits pada peserta didik sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh kehidupannya.
d. Ruang Lingkup
Mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits adalah mata pelajaran yang memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan Al-Qur’an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun ruang lingkup materi/ bahan kajian mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits meliputi:
a). Ulum Al-Qur’an dan Ulumul Hadits secara garis besar yang disajikan secara ringkas dan jelas meliputi:
(1). Pengetahuan Al-Qur’an dan wahyu
(2). Al-Qur’an sebagai mukjizat Rasul
(3). Kedudukan, fungsi dan tujuan Al-Qur’an
(4). Cara-cara wahyu diturunkan
(5). Hikmah Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur
(6). Tema pokok Al-Qur’an
(7) Cara mencari surat- surat dan ayat-ayat Al-Qur’an
(8). Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar
(9). Kedudukan dan Fungsi Hadits
(10). Unsur-unsur Hadits
b). Pengenalan beberapa kitab kumpulan Hadits:
(1). Kitab Bulughul Maram
(2). Kitab Subulussalam
(3). Kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim
c). Ayat-ayat Al-Qur’an pilihan yang disajikan secara sistematis dan hadits-hadits yang mendukung ayat dengan topik-topik meliputi:
(1). Kemurnian dan kesempurnaan Al-Qur’an
(2). Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber nilai dan pemikiran tentang kebesaran dan kekuasaan Allah.
(3). Al-Qur’an sebagai sumber nilai dasar kewajiban ibadah kepada Allah Swt
(4). Nikmat Allah berdasarkan ayat Al-Qur’an dan Hadits serta syukur nikmat
(5). Ajaran Al-Qur’an tentang pemanfaatan sumber alam dan memanfaatkannya.
(6). Ajaran Al-Qur’an dan Hadits tentang pola hidup sederhana dan mengamalkannya
(7). Pokok-pokok kebajikan
(8). Prinsip-prinsip amar ma’ruf dan nahy munkar
(9). Hukum dan metode dakwah
(10).Tanggung jawab manusia
(11). Kewajiban berlaku adil dan jujur
(12). Larangan berbuat khianat
(13). Pergaulan sesama manusia dan tidak berlebih-lebihan
(14). Makanan yang baik dan halal
(15). Ajaran Al-Qur’an dan Hadits yang berkaitan dengan pembangunan pribadi dan masyarakat
(16). Ayat-ayat Al-Qur’an mengenai ilmu pengetahuan
6. SK dan KD Kelas X, semester II
Standar Kompetensi (SK) dalam materi penelitian ini adalah “Keikhlasan dalam beribadah”, dan Kompetensi Dasar (KD) “Mampu menjelaskan kandungan ayat dan hadits Nabi tentang keikhlasan dalam beribadah”.
1. Membaca ayat dan Hadits tentang keikhlasan dalam beribadah.
2. Menulis/menyalin ayat dan hadits tentang keikhlasan dalam beribadah
3. Menerjemahkan ayat dan hadits tentang keikhlasan dalam beribadah
4. Menyimpulkan isi kandungan ayat dan hadits tentang keikhlasan dalam beribadah dengan benar
5. Menerapkan sikap keikhlasan dalam beribadah menurut Al-Qur’an dan hadits dalam praktik kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
Tabel 1
SK dan KD Kelas X MA Ma’ariful Ulum Banyuasin Semester II
Standar Kompetensi | Kompetensi Dasar | Indikator |
1.Keikhlasan dalam beribadah | 1 Mampu menjelaskan kandungan ayat dan hadits Nabi tentang keikhlasan dalam beribadah | 1. Membaca ayat dan Hadits tentang keikhlasan dalam beribadah. 2. Menulis/ menyalin ayat dan hadits tentang keikhlasan dalam beribadah 3. Menerjemahkan ayat dan hadits tentang keikhlasan dalam beribadah 4. Menyimpulkan isi kandungan ayat dan hadits tentang keikhlasan dalam beribadah dengan benar 5. Menerapkan sikap keikhlasan dalam beribadah menurut Al-Qur’an dan hadits dalam praktik kehidupan berbangsa dan bermasyarakat |
a. Ayat Al-Qur’an tentang ikhlas
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Artinya :
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". Q.S. Al- An’am (6): 162-163.
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (5)
Artinya :
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
Q.S. Al-Bayyinah (98): 5.
b. Hadits Nabi tentang ikhlas
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال:
قال النبي صلى الله عليه وسلم: (العمل بالنية، وأنما لامرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله، فهجرته إلى الله ورسوله صلى الله عليه وسلم، ومن كانت هجرته إلى الدنيا يصيبها، أوامرأة ينكحها، فهجرته إلى ما هاجر اليه).
قال النبي صلى الله عليه وسلم: (العمل بالنية، وأنما لامرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله، فهجرته إلى الله ورسوله صلى الله عليه وسلم، ومن كانت هجرته إلى الدنيا يصيبها، أوامرأة ينكحها، فهجرته إلى ما هاجر اليه).
Artinya
Dari Umar bin Khaththab ra. Ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw bersabda, ‘Amal itu bergantung niyat, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niati. Barangsiapa yang hijrahnya itu karena Allah dan Rasul- Nya, maka hijrahnya akan tertuju kepada Allah dan Rasul- Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ia inginkan, atau karena wanita yang akan ia nikahi, maka hijrahnya akan tertuju kepada sesuatu yang ia hijrahi itu’. (HR. Bukhari)
A. Metodologi Penelitian
1. Subjek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Madrasah Aliyah Maariful Ulum Banyuasin Semester genap Tahun Pembelajaran 2009/2010. Subjek penelitiannya difokuskan di kelas X pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits pada materi “keikhlasan dalam beribadah dalam Q.S. Al-An’am Ayat 162-163” Pelajaran Al-Quran Hadits.
b. Waktu
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April s/d Juni semester genap tahun pembelajaran 2009/2010.
c. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa Kelas X Madrasah Aliyah Maariful Ulum Banyuasin tahun pembelajaran 2009/2010 yang berjumlah 18 orang, dengan rincian 7 laki-laki dan 11 perempuan pada pokok bahasan/KD; menyimpulkan isi kandungan ayat tentang keikhlasan dalam beribadah dengan benar.
2. Deskripsi persiklus
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.[9]
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya.[10]
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Teggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), Observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).
Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun siklus dalam penelitian ini sebagai berikut :
a) Rencana, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
a) Pelaksanaan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode drill.
b) Pengamatan/Pengumpulan Data, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
c) Refleksi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
G. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
Bab Pertama : Pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, hipotesis, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua : Landasan teori yang berisikan tentang pengertian peningkatan kemampuan siswa, prestasi belajar, metode drill, dan materi pelajaran Al-Qur’an Hadits kelas X Madrasah Aliyah Maariful Ulum Banyuasin.
Bab Ketiga : Setting wilayah penelitian yang berisi tentang subjek penelitian seperti tempat penelitian (kelas, sekolah), waktu, jadwal perbaikan persiklus (rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data dan refleksi, letak geografis dan sejarah berdiri Madrasah Aliyah Maariful Ulum Banyuasin, sarana dan prasarana, struktur organisasi, keadaan guru, dan keadaan siswa.
Bab Keempat : Hasil penelitian dan pembahasan.
Bab Kelima : Penutup, yaitu berisi kesimpulan dan saran.
[1]Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Usahulul Fiqh), terj. Noer Iskandar Al-Barsany, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), Cet.Ke-6, hlm. 22.
[2]Manna’ Khalil Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj., Mudzakir. AS, (Jakarta: Litera AntarNusa, 1994), Cet. Ke-2, hlm. 15-16.
[3]Suyitno, Studi Ilmu-Ilmu Hadits, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2006), hlm. 1.
[4]Abdul Qadir Hasan, Ilmu Mustalah Hadits, (Bandung: DIPONEGORO, 1994), Cet. Ke-6, hlm. 17.
[5]Muhammad Mustafa Azami, Hadits Nabi dan Sejarah Kodifikasinya, (terj. Ali Mustafa Yaqub), (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), Cet. Ke-1, hlm. 644.
[6]Muhammad Mustafa Azami, Metodologi Kritik Hadits, (terj., A. Yamin), (Jakarta: PUSTAKA HIDAYAH, 1992), Cet. Ke-1, hlm. 19.
[7]Suyitno, Op. Cit, hlm. 9.
[8]Muhammad Mustafa Azami, Loc. Cit.
[9]IGAK Wardhani, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), Cet. Ke-1, hlm. 1.4.
[10]Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009), Cet. Ke-1, hlm. 44-45.
[1]Zainal Aqib, Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Bandung: Yrama Widya, 2009), Cet. Ke-1, hlm. 16.
[2]Ibid.
[3]Hamzah B. Uno, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 17.
[4]Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 42, 174.
[5]Linda Kustiana Dewi, “Studi Perbandingan Metode Ceramah dan Demonstrasi dalam Pengajaran PAI di SMP 1 Yayasan Sultan Mahmud Badarudin II (YSMB)”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Palembang: Pepustakaan FT IAIN Raden Fatah, 1995), t.d.
[6]Djumiat, “Penerapan Metode Pengajaran dalam meningkatkan Prestasi Belajar Agama Islam di SLTP Nurul Amal Palembang”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Palembang: Pepustakaan FT IAIN Raden Fatah, 1999), t.d.
[7]Siti Nurhayati, “Aplikasi Metode Pengajaran dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Kegiatan Belajar Al-Quran dan Hadis Bagi Siswa MTs Negeri Palembang”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Palembang: Pepustakaan FT IAIN Raden Fatah, 2002), t.d.
[8]Sukarman, “Studi Komparasi Pembelajaran Akuntansi Antara Metode Drill dengan Metode Konvensional di SMA Negeri I Karangdowo Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Surakarta: Perpustakaan IKIP UMS, 2008), hlm. 6, t.d.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar