Selamat Datang

Assalamu'alaikum, wr wb.
Silahkan melihat, mempelajari atau mengunduh isi materi artikel dalam blog ini, juga sampaikan tabayyun demi kebaikan bersama, dan jangan lupa do'a buat pemilik blog ini. Semoga bermanfaat, Wassalam.

Jumat, 21 Oktober 2011

Bias EMOsi dan PERasaAN


Bias EMOsi
dan PERasaAN

Segala kecenderungan, motivasi, emosi dan perasaan manusia akan memberikan pengaruh kepada pemikirannya dan membuatnya terjebak pada kesalahan-kesalahan parsialistik. Beberapa studi eksperimen moderen dalam bidang psikologi telah mengungkapkan terjadinya kesalahan berfikir sebagai akibat bias emosi dan perasaan.
            Salah satu eksperimen tersebut menyodorkan beberapa bukti silogistik pada sejumlah mahasiswa. Mereka diminta untuk menjelaskan suatu konklusi yang dianggap logis dari dua premis dalam silogisme. Separuh bukti silogisme ini berhubungan dengan berbagai persoalan hidup yang biasa, sedangkan separuhnya lagi berhubungan dengan persoalan-persoalan yang biasanya memengaruhi emosi. Kesimpulan eksperimen tersebut antara lain membuktikan bahwa semua mahasiswa terjebak dalam sejumlah kesalahan berkaitan dengan bukti-bukti yang mengaruhi emosi. Kesalahan itu lebih banyak daripada kesalahan yang mereka buat pada bukti-bukti lain yang biasa dan tidak memengaruhi emosi. Kesimpulan eksperimen tersebut menjelaskan bahwa kondisi emosional dan perasaan kita berpengaruh terhadap pemikiran kita serta cenderung menimbulkan bias dan jebakan kesalahan dalam membuat keputusan.
            Al Qur’an telah mengisyaratkan pengaruh hawa nafsu terhadap manusia serta penyimpangan berfikir yang ditimbulkan dalam menentukan sikap yang benar. Akibatnya, ia menjadi tersesat dan tidak dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan, kebaikan dan keburukan, serta petunjuk dan kesesatan.

فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ ﴿028:050﴾
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.

يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ ﴿038:026﴾

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا ۚ ﴿004:135﴾
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ﴿045:023﴾

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى ﴿053:023﴾

Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.

بَلِ اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَهْوَاءَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۖ فَمَنْ يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ ۖ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ ﴿030:029﴾
Tetapi orang-orang yang lalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.


Sesungguhnya, mengikuti hawa nafsu serta terpengaruh oleh kecenderungan psikologis dan keadaan emosional membuat manusia bersikap bias dalam pemikiran dan keputusan-keputusan yang dibuatnya. Keadaan inilah yang menimbulkan kesalahan-kesalahan berfikir. Oleh karena itu, penting bagi seorang pemikir, agar terbimbing kepada kebenaran, untuk membebaskan pengaruh kecenderungan, emosi, dan fanatismenya yang membelenggu dan menghalangi pemikirannya untuk sampai kepada kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar