Bias
EMOsi
dan
PERasaAN
Segala kecenderungan, motivasi, emosi dan
perasaan manusia akan memberikan pengaruh kepada pemikirannya dan membuatnya
terjebak pada kesalahan-kesalahan parsialistik. Beberapa studi eksperimen
moderen dalam bidang psikologi telah mengungkapkan terjadinya kesalahan
berfikir sebagai akibat bias emosi dan perasaan.
Salah
satu eksperimen tersebut menyodorkan beberapa bukti silogistik pada sejumlah
mahasiswa. Mereka diminta untuk menjelaskan suatu konklusi yang dianggap logis
dari dua premis dalam silogisme. Separuh bukti silogisme ini berhubungan dengan
berbagai persoalan hidup yang biasa, sedangkan separuhnya lagi berhubungan
dengan persoalan-persoalan yang biasanya memengaruhi emosi. Kesimpulan
eksperimen tersebut antara lain membuktikan bahwa semua mahasiswa terjebak
dalam sejumlah kesalahan berkaitan dengan bukti-bukti yang mengaruhi emosi.
Kesalahan itu lebih banyak daripada kesalahan yang mereka buat pada bukti-bukti
lain yang biasa dan tidak memengaruhi emosi. Kesimpulan eksperimen tersebut
menjelaskan bahwa kondisi emosional dan perasaan kita berpengaruh terhadap
pemikiran kita serta cenderung menimbulkan bias dan jebakan kesalahan dalam
membuat keputusan.
Al
Qur’an telah mengisyaratkan pengaruh hawa nafsu terhadap manusia serta penyimpangan
berfikir yang ditimbulkan dalam menentukan sikap yang benar. Akibatnya, ia
menjadi tersesat dan tidak dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan,
kebaikan dan keburukan, serta petunjuk dan kesesatan.
فَإِنْ
لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ ۚ وَمَنْ
أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ
لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ ﴿028:050﴾
Maka jika
mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka
hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat
daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari
Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang lalim.
يَا
دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ
بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ
الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا
يَوْمَ الْحِسَابِ ﴿038:026﴾
Hai Daud,
sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang
berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
فَلَا
تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا ۚ …﴿004:135﴾
Maka janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.
أَفَرَأَيْتَ
مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى
سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ
بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ﴿045:023﴾
Maka pernahkah
kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah
membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
إِنْ
هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ
اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى
الْأَنْفُسُ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى ﴿053:023﴾
Itu tidak lain
hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah
tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu
mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.
بَلِ
اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَهْوَاءَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۖ فَمَنْ يَهْدِي مَنْ
أَضَلَّ اللَّهُ ۖ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ ﴿030:029﴾
Tetapi
orang-orang yang lalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka
siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah
bagi mereka seorang penolongpun.
Sesungguhnya, mengikuti hawa nafsu serta
terpengaruh oleh kecenderungan psikologis dan keadaan emosional membuat manusia
bersikap bias dalam pemikiran dan keputusan-keputusan yang dibuatnya. Keadaan
inilah yang menimbulkan kesalahan-kesalahan berfikir. Oleh karena itu, penting
bagi seorang pemikir, agar terbimbing kepada kebenaran, untuk membebaskan
pengaruh kecenderungan, emosi, dan fanatismenya yang membelenggu dan
menghalangi pemikirannya untuk sampai kepada kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar