Selamat Datang

Assalamu'alaikum, wr wb.
Silahkan melihat, mempelajari atau mengunduh isi materi artikel dalam blog ini, juga sampaikan tabayyun demi kebaikan bersama, dan jangan lupa do'a buat pemilik blog ini. Semoga bermanfaat, Wassalam.

Jumat, 21 Oktober 2011

Pengaruh Em0si Terhadap Tingkah Laku


Pengaruh Em0si
Terhadap Tingkah Laku


Perasaan takut atau marah dapat menyebabkan seseorang menjadi gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, jantung berdetak kencang, aliran darah/tekanan darah deras sehingga system pencernaan terganggu. Cairan pencernaan atau getah lambung terpengaruh oleh gangguan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relax berfungsi sebagai alat pembantu mencerna, sedangkan perasaan tidak enak atau tertekan menghambat atau mengganggu pencernaan.
            Di antara rangsangan yang meningkatkan kegiatan kelenjar sekresi dari getah lambung adalah ketakutan-ketakutan yang akut atau kronis. Kegembiraan yang berlebihan, kecemasan dan kekhawatiran menyebabkan menurunnya kegiatan system pencernaan dan kadang-kadang menyebabkan sembelit. Satu-satunya cara penyembuhan yang efektif adalah menghilangkan penyebab ketegangan emosi. Radang pada lambung tidak dapat disembuhkan, demikian pula diare dan sembelit, jika factor-faktor yang menyebabkan munculnya emosi tidak dihilangkan.
            Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Seseorang yang gagap sering dapat normal berbicara jika dalam keadaan relax atau senang. Namun jika dia dihadapkan pada situasi-situasi yang menyebabkan kebingungan maka akan menunjukkan kegagapannya.
            Perilaku ketakutan, malu-malu atau agresif dapat disebabkan ketegangan emosi atau frustasi. Karena reaksi kita berbeda-beda terhadap setiap orang yang kita jumpai maka akan timbul emosi tertentu. Seseorang siswa bisa saja tidak senang kepada gurunya bukan karena peribadi guru, tetapi karena sesuatu yang terjadi pada situasi belajar di kelas. Jika ia merasa malu karena gagal dalam menjawab soal tes lisan, pada kesempatan lain, ia mungkin akan menjadi takut ketika menghadapi tes tertulis. Akibatnya, ia memutuskan untuk membolos, atau mungkin melakukan kegiatan yang lebih buruk lagi, yaitu melarikan diri dari orangtua, guru, atau dari otoritas lain.
            Dengan demikian, gangguan emosional dan frustasi memengaruhi efektivitas belajar seseorang. Seseorang anak di sekolah akan belajar lebih giat dan efektif biala ia termotivasi. Selanjutnya, ia akan mengembangkan usahanya untuk menguasai bahan yang dipelajari. Rasa senang karena berhasil mencapai prestasi akan mengurangi rasa takut dan kelelahan. Karena reaksi setiap siswa tidak sama, rangsangan untuk belajar yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi emosional anak. Rangsangan-rangsangan yang menghasilkan perasaan tidak menyenangkan akan memengaruhi hasil belajar dan sebaliknya rangsangan yang menghasilkan perasaan menyenangkan akan mempermudah dan meningkatkan motivasi belajar.

TUGAS PERKEMBANGAN


TUGAS
PERKEMBANGAN

Karakteristik dominan dari periode anak yang baru belajar berjalan adalah aktivitas. Anak yang baru belajar jalan (toddler) sangat sibuk bicara, bergerak dan berencana sepanjang waktu. Dorongan aktivitas yang berlimpah menjadi suatu kebutuhan untuk self-assertion (pernyataan diri) dan mastery (penguasaan).
            Periode dari 2 sampai 4 tahun, anak-anak sadar akan individualitasnya dan terdorong untuk membuktikan hal itu. Pada periode ini toddler harus belajar memperhitungkan orang lain dalam penemuan diri mereka sendiri. Toddler berubah dramastis dari umur 2 dan 4 dari anak egosentris yang tidak menyadari ketergantungan pada orang lain menjadi pribadi yang sadar diri. Pada mulanya mereka sangat bebas, tetapi pada akhir tahapan umur, “kebebasan semu” diubah menjadi lebih realistis di mana mereka tergantung pada prang lain dan mereka juga bebas dari orang lain. Ringkasnya toddlerhood adalah periode aktivitas dan penguasaan mengatur diri sendiri dan berkembangnya kesadaran akan ketergantungan dan kebebasan.

Bias EMOsi dan PERasaAN


Bias EMOsi
dan PERasaAN

Segala kecenderungan, motivasi, emosi dan perasaan manusia akan memberikan pengaruh kepada pemikirannya dan membuatnya terjebak pada kesalahan-kesalahan parsialistik. Beberapa studi eksperimen moderen dalam bidang psikologi telah mengungkapkan terjadinya kesalahan berfikir sebagai akibat bias emosi dan perasaan.
            Salah satu eksperimen tersebut menyodorkan beberapa bukti silogistik pada sejumlah mahasiswa. Mereka diminta untuk menjelaskan suatu konklusi yang dianggap logis dari dua premis dalam silogisme. Separuh bukti silogisme ini berhubungan dengan berbagai persoalan hidup yang biasa, sedangkan separuhnya lagi berhubungan dengan persoalan-persoalan yang biasanya memengaruhi emosi. Kesimpulan eksperimen tersebut antara lain membuktikan bahwa semua mahasiswa terjebak dalam sejumlah kesalahan berkaitan dengan bukti-bukti yang mengaruhi emosi. Kesalahan itu lebih banyak daripada kesalahan yang mereka buat pada bukti-bukti lain yang biasa dan tidak memengaruhi emosi. Kesimpulan eksperimen tersebut menjelaskan bahwa kondisi emosional dan perasaan kita berpengaruh terhadap pemikiran kita serta cenderung menimbulkan bias dan jebakan kesalahan dalam membuat keputusan.
            Al Qur’an telah mengisyaratkan pengaruh hawa nafsu terhadap manusia serta penyimpangan berfikir yang ditimbulkan dalam menentukan sikap yang benar. Akibatnya, ia menjadi tersesat dan tidak dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan, kebaikan dan keburukan, serta petunjuk dan kesesatan.

فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ ﴿028:050﴾
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.

يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ ﴿038:026﴾

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا ۚ ﴿004:135﴾
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ﴿045:023﴾

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى ﴿053:023﴾

Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.

بَلِ اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَهْوَاءَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۖ فَمَنْ يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ ۖ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ ﴿030:029﴾
Tetapi orang-orang yang lalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.


Sesungguhnya, mengikuti hawa nafsu serta terpengaruh oleh kecenderungan psikologis dan keadaan emosional membuat manusia bersikap bias dalam pemikiran dan keputusan-keputusan yang dibuatnya. Keadaan inilah yang menimbulkan kesalahan-kesalahan berfikir. Oleh karena itu, penting bagi seorang pemikir, agar terbimbing kepada kebenaran, untuk membebaskan pengaruh kecenderungan, emosi, dan fanatismenya yang membelenggu dan menghalangi pemikirannya untuk sampai kepada kebenaran.

Kamis, 20 Oktober 2011

PENGARUH MOTIVASI DAN NILAI TERHADAP PERHATIAN DAN PERSEPSI

PENGARUH MOTIVASI DAN NILAI TERHADAP PERHATIAN DAN PERSEPSI
Ilustrasi

Motivasi dan nilai-nilai individu akan mempengaruhi perhatian dan persepsinya. Kenyataan ini telah ditunjukkan Al-Qur'an pada banyak tempat ketika menerangkan keimanan dapat membuat kaum mukmin siap dan penuh perhatian untuk menyimak ayat-ayat Al-Qur'an yang akan diturunkan, lalu merekapun memahaminya dengan penuh kesadaran dan pemahaman yang akurat.
Sebaliknya, ayat-ayat yang sama tidak memberikan pengaruh yang sama kepada orang-orang yang musyrik. Pendengaran, persepsi dan pemahaman mereka dalam keadaan lalai. Berikut ini adalah beberapa contoh yang dikatakan Al-Qur'an dalam menggambarkan keadaan lalai yang disebabkan kemusyrikan dan ketakberimanan kepada Allah SWT. Hal inilah yang menjadikan indra orang-orang musyrik tidak bekerja melaksanakan fungsinya.
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ ﴿007:179﴾
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”.
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ ۖ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى ۚ أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ ﴿041:044﴾
“Dan jika Kami jadikan Al Qur'an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?". Apakah (patut Al Qur'an) dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh".

أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ ﴿047:023﴾
“Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”

أَفَأَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ أَوْ تَهْدِي الْعُمْيَ وَمَنْ كَانَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ ﴿043:040﴾
Maka apakah kamu dapat menjadikan orang yang pekak bisa mendengar atau (dapatkah) kamu memberi petunjuk kepada orang yang buta (hatinya) dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata?

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ .صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ ﴿002:018﴾﴿002:017﴾
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).

وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ ۗ مَنْ يَشَإِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ﴿006:039﴾
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus.
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ﴿045:023﴾
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ. وَمَا أَنْتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَنْ ضَلَالَتِهِمْ ۖ إِنْ تُسْمِعُ إِلَّا مَنْ يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ مُسْلِمُونَ. ﴿027:081﴾- ﴿027:080﴾
Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang. Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta dari kesesatan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan (seorang pun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri.

أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا﴿035:008﴾
Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik,?
أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ كَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ ﴿047:014﴾
Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (setan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?

Beberapa penelitian psikoanalisis membuktikan bahwa manusia cenderung enggan memahami sesuatu yang membuatnya resah dan gelisah serta hal-hal yang bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya. Tidak diragukan lagi bahwa orang-orang musyrik Quraisy tidak senang dengan agama baru yang dibawa Rasulullah SAW. sebab penyebaran agama baru tersebut menjadikan mereka tidak memiliki kesiapan psikologis untuk menyimak Al-Qur’an dengan perenungan dan pemahaman. Selain itu, kebencian tersebut juga membuat mereka tidak memiliki kesiapan akal untuk memahami makna-makna Al Qur’an serta untuk  membenarkan kebenaran  yang dibawanya.